Review Film Di Ambang Kematian
Film "Di Ambang Kematian" mengisahkan tentang sebuah keluarga yang harus menumbalkan satu anggota keluarganya setiap 10 tahun sekali. Jika tidak, keluarga ini akan menghadapi kutukan. Nadia, salah satu anggota keluarga, menyelidiki asal-usul ritual pesugihan tersebut, berharap dapat menemukan cara untuk mengakhiri kutukan mengerikan ini. Namun, perjuangannya mungkin telah membawa Nadia ke titik tergelap dalam hidupnya, di ambang kematian.
Sebelum melakukan review mari kita intip siapa saja yang menjadi pemain-nya
Pemain utama dalam film ini antara lain:
- Taskya Namya sebagai Nadia
- Wafda Saifan Lubis sebagai Yoga
- Teuku Rifnu Wikana sebagai Bapak Suyatno
- Kinaryosih sebagai Ibu
(SPOILER ALERT) Dimulai dari ibunya, lalu kakaknya, dan dilanjut Nadia yang nyawanya akan direbut setiap 10 tahun sekali: tahun pertama ibunya (2002), kakaknya (2012), dan Nadia (2022). Awalnya, ayahnya, yaitu Bapak Suyatno, ingin mempunyai harta berlimpah, sehingga datanglah Bapak Suyatno dan istri kedukun untuk meminta bantuan. Diberikanlah saran untuk melakukan pesugihan menggunakan darah kepala kambing hitam, dan hal itu berjalan lancar selama bertahun-tahun. Namun, rasanya Pak Suyatno tidak puas dengan hasil yang dia dapat, sehingga dia melakukan perjanjian dengan Iblis Kepala Kambing Hitam tanpa tahu konsekuensi yang akan dia dapat. Setelah melakukan itu, hidup keluarga Bapak Suyatno memang menjadi kaya, tetapi teror yang diberikan kepada keluarga sangat banyak dan seram. Pertama kali dirasakan oleh ibu, dan hal itu membuat nyawa ibu direnggut. Lalu mulailah kisah di mana anak pertama Bapak Suyatno, Yoga, mengetahui persugihan tersebut dan teror-teror yang dialami Yoga sampai ke ending.
**Ending film "Di Ambang Kematian"** menggambarkan kematian tragis keluarga Nadia akibat pesugihan dengan Iblis. Beberapa poin penting dalam ending ini meliputi:
- Nadia, pemain utama, menemukan cara untuk mengakhiri kutukan pesugihan setelah melakukan kebahasaan dengan seorang ahli.
- Namun, perjuangan Nadia mengarahnya ke titik tergelap dalam hidupnya, di ambang kematian.
- Film ini menyampaikan pesan tentang bagaimana keluarga harus menjadi kakar kematian untuk menjaga kehidupan mereka dan mengantisipasi ketertiban.
- Selama proses ini, keluarga Nadia mengalami berbagai kejahatan dan kesulitan, termasuk kekhawatiran dan kematian anggotanya.
- Film berakhir dengan gagasan yang menyoroti bagaimana keluarga Nadia akan terus berusaha untuk menghidupkan kehidupan mereka meskipun tertantang dengan kutukan pesugihan.
**Review Penulis:** Film ini juga salah satu film terbaik menurut penulis yang dapat meningkatkan citra film horor Indonesia di mata dunia. Film ini sangat menyeramkan, tetapi juga berhasil menyentuh hati penonton dengan campuran perasaan sedih, senang, dan takut. Kisahnya terasa kompleks, diambil dari kisah nyata, yang membuatnya lebih seram, dan alur ceritanya sudah diperbaiki dari cerita aslinya. Penonton dapat merasakan banyak perasaan yang bercampur dalam satu film ini. Penulis berani memberikan rating film ini sebesar 8.5/10.
**Penutup:** Secara keseluruhan, "Di Ambang Kematian" tidak hanya menyajikan ketegangan horror yang kuat, tetapi juga menyelipkan pesan moral tentang konsekuensi dari keinginan berlebihan dan pengorbanan keluarga dalam menghadapi kutukan. Film ini layak mendapatkan perhatian penggemar genre horor dan menjadi salah satu film yang dapat diapresiasi oleh penonton dalam dan luar negeri.
ini setuju banget kirain nadia nya bakal selamat tapi malah mati huhu
BalasHapusSeremm bgt, seru. Lagi dong yang lbh ekstrem
BalasHapusSikambing sebenrnya tidak seram tapi setan yang lain itu serem banget
BalasHapus